STRATEGI PEMASARAN
JASA PERPUSTAKAAN ERA
TEKNOLOGI INFORMASI
1. Konsep Pemasaran
Istilah Perpustakaan
telah memberi konotasi
tentang adanya aktivitas peminjaman dan
pengembalian materi perpustakaan.
Kebanyakan, apa yang dipinjamkan dan dikembalikan adalah
berupa buku-buku, sedangkan
materi perpustakaan yang lain seperti majalah, surat bakar, bentuk
mikro, hanya boleh dibaca di
perpustakaan saja. Perpustakaan
dapat dikatakan sebagai
suatu lembaga yang membantu
Orang-orang datang untuk
memanfaatkan jasanya. Menurut
pengertian ini, perpustakaan tidak
dimaksudkan sebagai lembaga
yang ingin mencapai
tujuan laba, tetapi lebih
mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
Pemasaran sebagai fungsi bisnis, mengidentifikasi
kebutuhan dan tuntutan yang belum
terpenuhi, menentukan siapa
pelanggan atau pengguna
dari suatu produk
atau jasa (yang disebut dengan pasar target) yang dapat dilayani dengan
sebaik-baiknya oleh organisasi, menetapkan produk, jasa atau layanan dan
program program untuk melayani pasar-pasar tersebut, dan mengundang setiap orang
dalam organisasi untuk berfikir dan melayani pelanggan. Jadi suatu definisi
praktis dari fungsi pemasaran memasukan tiga segi : mengindentifikasi kebutuhan pembeli dan
pembeli potensial dalam pangsa pasar mereka;
Memuaskan kebutuhan itu
dengan menjual jasa atau
produk sesuai; membuat laba
(Katz, 1991:1). Tentu
saja ada perbedaan
dasar dalam fungsi
pemasaran pada perusahaan (berorientasi
laba) dan organisasi
nirlaba. Perbedaan nyata
terletak pada sumber dana
dan dampaknya terhadap
organisasi. Perusahaan memperoleh
modal pertamanya dari investor atau pemodal. Jika perusahaan telah
berjalan, dana operasional perusahaan
terutama diperoleh dari
hasil penjualan produk
atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan itu.Dalam hal ini perusahaan hanya menghadapi
satu unsur pokok yaitu konsumen.
Jika produk atau
jasa yang dihasilkan
perusahaan dapat memuaskan konsumennya. maka
transaksi akan terjadi
dan perusahaan mempunyai
dana untuk melanjutkan aktivitasnya.
Sebaliknya, organisasi nirlaba
mempero1eh anggaran dari donor
atau lembaga induk.
Dengan anggaran yang
diperolehnya itu, organisasi menghasilkan produk
atau jasa yang
kemudian ditawarkan kepada
konsumennya. Berbeda dengan perusahaan,
apabila produk dan
jasa yang dihasilkau
oleh organisasi nirlaba itu
ternyata tidak sesuai
dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen, pihak donor
masih mungkin akan
memberi dana lagi,
apabila kalau ada
pihak donor masih menganggap organisasi itu baik.
Sebaliknya mungkin juga terjadi, meskipun produk dan jasa yang
dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan
konsumen. belum tentu menjamin bahwa anggaran dari donor
untuk organisasi nirlaba itu akan ditingkatkan.
Konsekuensi
dari perbedaan ini
adalah bahwa ukuran
keberhasilan perusahaan dan organisasi
nirlaba berbeda. Perusahan
yang pada dasarnya
berorientasi terhadap laba,
dianggap sukses jika berhasil meraup untung yang besar. Pada organisasi
nirlaba, meskipun berhasil memperoleh
dana yang lebih
besar dari donor,
mungkin saja gagal dalam
memanfatkan sumber daya
itu secara efektif
dan efesien bagi
pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Oleh karena
itu, kemampuan organisasi
nirlaba dalam memperoleh sumberdaya
tidak dapat dijadikan
ukuran keberhasilan organisasi. Keberhasilan organisasi nirlaba
dengan demikian, harus diukur dari sejauh mana produk dan jasa yang dihasilkan
organisasi telah memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Wirawan, 1994: 24,
juga Kotler dan Andreasen, 1995: 42 ff).
Bagaimana
dengan perpustakaan?
Inti
pokok dari penetapan
dan identifikasi kelompok-kelompok sasaran
(pasar target) yang akan dilayani, bukanlah pada pengenalan siapakah
mereka saja,tetapi yang utama adalah apa yang mereka butuhkan, inginkan dan
harapkan. Apa yang dibutuhkan oleh
mereka diharapkan dapat
terwujud dengan ciri-ciri
atau karakteritistik, dari
apa yang ditawarkan oleh
perusahaan atau organisasi,
terwujud pada ciri-ciri
produk atau jasa yang
dilayaninya. Oleh karena itu sebelum perusahaan merancang dan mewujudkan
penawarannya, ia harus
mempunyai informasi yang
akurat dan mutahir
mengenai manfaat apa yang
dibutuhkan dan diharapkan oleh
kelompok-kelompok pasar Sasaran
yang akan dilayani (Astuti,1994:59)
Bila hal tersebut
dikaitkan dengan aktifitas
pada layanan perpustakaan
pada lembaga Perguruan TInggi, misalnya, maka target pasarnya
sudahjelas. yaitu pengguna utama
jasa layanan perpustakaan
yang terdiri dari
dosen maupun mahasiswa.
Adapun manfaat yang sangat mendasar yang dibuthkan dan diharapkan oleh
pasar target adalah ketersediaan informasi yang membantu usaha memperkaya
pengetahuan dan teknologi. berkembang
pulalah kebutuhan terhadap
sarana pendukungnya. Demikian
pula terjadi perubahan tuntutan
dan kebutuhan akan jasa layanan perpustakaan.
Setelah
perusahaan atau organisasi
dapat mengidentifikasi kebutuhan
mendasar dan keinginan yang
spesifik sifatnya dari
pasar target, langkah
lanjut yang segera diambil adalah merancang konsep produk
dan jasa pelayanan yang akan ditawarkan dan disajikan untuk mencukupi kebutuhan
dan memberikan kepuasan. Aktifitas merancang konsep produk
bukanlah merupakan tanggung
jawab satu bagian
tertentu dalam organisasi saja,
tetapi perlu adanya
keterlibatan dan kerjasama
secara terpadu dan terkoordinir dari
semua orang dalam
organisasi. Hal ini
berlaku bagi perusahaan
yang memprodusir produk berwujud
maupun pada organisasi
nirlaba. Selanjutnya pembicaraan
mengenai konsep produk diarahkan pada rancangan jasa yaitu produk yang
dipasarkan oleh perpustakaan yaitu informasi.
Pada
tingkat pertama, produk
informasi dapat didefinisikan
sebagai techno-physical objects
dirancang orang untuk menyatakan, menyimpan, menyampaikan dan / atau transfer
komunikasi atau bentuk
simbul informasi dari
suatu sumber tertentu kepada satu atau lebih sasaran
target. Diantara techno-physical objects dan file, peta dan gambar, rekaman
suara dan gambar,
lukisan dan artefak
musium), juga produk elektronik terbaru
(seperti produk pangkalan
data dan perangkat
lunak komputer, produk bebasis
telekomunikasi),
Pada
tingkat kedua, produk
informasi termasuk di
dalamnya semua yang mempunyai ciri
tertentu berupa real-time
events dirancang untuk
menyatakan penyampaian dan transfer
komunikasi atau simbul-simbul
informasi. Contoh produk informasi semacam
ini (juga menunjukkan
layanan informasi) termasuk
didalamnya siaran berita berbagai
frekuensi, antar muka
pemakai dengan sistem
terpasang, presentasi dengan nara sumber pada loka karya.
Itu semua menurut Mwshowitz (1992) produk informasi
dapat menjadi komoditi (information commodity) dalam pengertian komersiil apabila
dapat dimiliki. punya nilai dan dijual (Tiamiyu, 1993:209). Sebagai komoditi
pada dasarnya jasa
memiliki perbedaan-pcrbedaan tertentu dibandingkan dengan
produk berwujud secara
fisik Jasa memiliki
karakteristik khusus yang sangat
mempengaruhi rancangan program pemasarannya. Karakter jasa meliputi :
a.
Tidak terwujud.
Jasa
tidak berwujud (intangible),
tidak sepelti produk
fisik,jasa tidak dapat dilihat, dirasakan dan
dipegang sebelum dibeli.
Untuk memperkecil tingkat
ketjdak pastianan
(uncertainty), pembeli akan
mencari tanda-tanda atau
bukti-bukti dari kualitas jasa
sebelum membelinya.
b. Tak dapat dipisahkan (inseparability).
Jasa
diprodusir dan dikonsumsi
pada saat yang
bersamaan. Tidak seperti
pada barang fisik yang
dibuat di pabrik,
disimpan dan kemudian
dijual, akhirnya dikomsumsi. Jasa
yang disumbangkan atau
dilakukan oleh seseorang,
membuat orang tersebut menjadi bagian dari jasa pelayanan tersebut. Keduanya
baik penyaji maupun klien bersama-sama
mempengaruhi hasil jasa.
Dalam kasus jasa
hiburan (intertaint) dan jasa
profesional para pembeli
sangat memperhatikan siapa penyajianya.
c. Bervariasi(variability).
Jasa
sangat variabel sifatnya,
tergantung pada siapa,
kapan dan dimana
jasa disajikan. Para pembeli
jasa menyadari akan
variabilitas yang tinggi
dari jasa dan mereka
akan sering berbicara
dengan orang lain
sebelum memilih seorang
penyaji jasa.
Membicarakan pemasaran informasi,
terlebih dulu harus
kita ketahui batasan pemasaran. Ada
beberapa pendapat mengenai
hakekat pemasaran. Philip
Kotier, 1984 dalam Principles
of Marketing hal.44
mengungkapkan bahwa pemasaran adalah suatu orientasi pengelolaan
yang menganut pandangan
bahwa tugas/kunci organisasi
adalah menetapkan kebutuhan dan keinginan pasar yang menjadi sasaran dengan
tujuan memberikan kepuasan yang diinginkan. Pemasaran merupakan suatu
sistem kegiatan yang
merancang bagaimana untuk
merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan
mendistribusikan
jasa/barang, mampu memberikan
kepuasan atas ke- inginan
pasar {Stanton, 1985
: 21). Pemasaran
mempu- nyai arti
suatu kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui proses pertu- karan. Pendapat lain
menyatakan bahwa pemasaran merupakan proses managemen yang
bertanggung jawab pada
pengenalan, pemenuhan dan
pemuasan ebutuhan konsumen secara menguntungkan (Ritchie, Sheila,)
Aspek Pemasaran Jasa
informasi
Untuk
mengetahui rumusan pemasaran
kita tinjau lima aspek
yang menunjang arti pemasaran yaitu
kebutuhan, keinginan, permintaan,
produksi dan hasil.
Kelima aspek pemasaran informasi perpustakaan menjadi:
1. Kebutuhan informasi yang berarti
keinginan untuk mendapatkan, mengetahui hal-hal
di luar pengeta-
huan yang dimiliki
(person knowledge); misalnya
berusaha mendapatkan dengan melalui cara mem- baca koran, atau majalah,
melihat televisi, men- dengarkan radio dan sebagainya.
2. Keinginan mendapatkan
informasi berarti ke-
butuhan manusia yang
dibentuk oleh budaya kepribadian seseorang untuk mendapatkan
pengetahuan.
3. Permintaan informasi
berarti keinginan manusia
untuk mengetahui dan mendapatkan informasi,
ilmu pengetahuan, data,
jawaban atas persoalan
yang timbul dari aktivitas interaksi manusia, kegiatan belajar, dan
sebagainya.
4. Produksi informasi yang berarti
kebutuhan, ke- inginan dan permintaan informasi yang terpenuhi
mendorong manusia untuk
menularkan/mentransfer kepada orang lain.
5. Dengan tercapainya
bauran informasi yang didapat
dari keempat unsur
tersebut, manusia dapat menge-
valuasi diri sampai
di mana daya
serap dan imajinasinya dalam menerima pengetahuan dan
hasilnya akan merupakan kekayaan pribadi yang dapat menaikkan
kualitas diri. Dengan
mengetahui batasan 5
aspek pemasaran tersebut, diharapkan
keberhasilan misi pustakawan
sebagai penjaga informasi tercapai dalam melayani masyarakat
pemakai dan pencari jasa informasi.
Kontribusi Pemasaran
Bagi Perpustakaan
Sebagai suatu perpustakaan yang di dalamnya termasuk
kegiatan pelayanan jasa informasi,
pemasaran mempunyai kontribusi
yang cukup bagus
terhadap perpustakaan yang bersangkutan. Adapun kontribusi pemasaran
tersebut antara lain:
-
Dapat memberikan masukan
dalam pengambilan keputusan,
jenis serta bentuk pelayanan yang
akan diterapkan atau
yang akan dijalankan
di lembaga atau organisasi tersebut.
-
Menjadi masukan dalam
kegiatan pengadaan dan
penyajian menu dokumentasi serta informasi yang market
oriented. Dalam hal ini adalah pengguna perpustakaan.
- Terciptanya saluran komunikasi
yang baik sehingga dapat menentukan model yang paling tepat untuk sebuah
pemasaran perpustakaan ataupun jasa informasi. Noorika Retno Widuri (Pemasaran
Jasa Informasi di Perpustakaan)
Komponen Pemasaran Jasa
Informasi
Atau konsep marketing mix ada 4 macam yaitu:
1. Produk (Product)
Merupakan barang
fisik ataupun kombinasi
keduanya, yang ditawarkan
kepada pasar sasaran. Produk
merupakan elemen marketing
mix yang pertama
yang perlu kita ketahui,
untuk dapat me-
proses pemasaran selanjutnya
yang sesuai produk tersebut. Berbicara
mengenai pemasaran jasa
informasi di sebuah
perpustakaan, sudah barang tentu
produk- nya adalah
koleksi serta jasa
layanan yang dimiliki perpustakaan yang bersangkutan.
Prinsip pemilihan produk atau jasa, dalam hal ini bila diaplikasikan di
perpustakaan adalah:
a. Kualitas barang/jasa
harus baik. Keberadaan
ko- leksi yang
lengkap, dan aktual mempunyai nilai relevansi tinggi.
b. Cara
menggunakan dan memanfaatkan koleksi tidak rumit. Pemanfaatan alat-alat
bibliografis, seperti katalog.
c. Barang atau jasa
harus mudah dikenal (mudah dilihat)
serta mudah dicerna oleh pengetahuan. Kaitannya dengan dunia
perpustakaan dan pema- saran jasa informasi adalah prosedur
peminjaman, pelayanan serta
penelusuran yang cepat,tepat
dan akurat.
d.
Resiko/kerugian ditekan sekecil mungkin.
e. Berkaitan dengan sesuatu yang
telah diakrabi oleh konsumen. Menciptakan suatu iklim suasana
lingkungan perpustakaan (ruangan)
yang mendukung kebetahan kesenangan serta kenyamanan
pengunjung.
2. Harga (Price)
Harga merupakan
sejumlah uang yang
harus dikeluarkan pelanggan
untuk memperoleh produk hasil
perusahaan. Namun dalam perpustakaan yang
dimaksud harga di sini
bukan uang, melainkan
keaktualan
koleksi/informasi, relevansi informasi yang
dibutuhkan pengguna dengan
yang ditawarkan ataupun
utility/nilai guna informasi tersebut.
3.
Tempat (Place)
Merupakan perencanaan
dan pelaksanaan program
penyaluran jasa/produk melalui lokasi layanan
yang tepat, pada
waktu yang tepat
dengan jumlah yang
tepat sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumen.
Pada kegiatan pemasaran
jasa informasi perlu diperhatikan
lokasi yang strategis,
mudah dijangkau oleh
semua pihak dalam segala
kesempatan; lokasi pemasaran
yang berada dipusat
lalu lintas dari berbagai
penjuru.
4.
Promosi (Promotion)
Promosi merupakan
suatu bentuk komunikasi
penyampaian pesan-pesan atau informasi yang meliputi aspek-aspek
sebagai berikut:
-
To inform: memberitahu
sesuatu yang tidak
tahu sebelumnya dalam
hal ini menginformasi- kan
mengenai perpustakaan, apa yang dimilikinya, apa yang dapat diberikan perpustakaan
kepada pengguna. Memberitahukan kepada
pengguna informasi yang tepat
untuk disuguhkan kepada
masyarakat. Hal ini
berkaitan erat dengan felt need
dari masyarakat pengguna jasa informasi.
-
To influence: mempengaruhi
pengguna agar mereka
tidak enggan berkunjung
ke perpustakan, tidak enggan
menggunakan jasa layanan
informasi, merubah image pengguna tentang
jasa informasi/perpustakaan. Dalam
kegiatan mempengaruhi ini, perlu usaha dari dalam perpustakaan/jasa
informasi untuk membuat mereka merasa membutuhkan perpustakaan/jasa informasi,
perlu juga menonjolkan citra positif dari lembaga kita ke luar.
-
To persuade :
membuj uk atau
merayu pengguna/masyarakat untuk
melakukan kegiatan di perpustakaan Baik itu kegiatan membaca ataupun
kegiatan seminar dan lain sebagainya yang bertempat di perpustakaan.
Strategi Pemasaran Jasa
Informasi
Regis M Kenna (1985) memaparkan tiga strategi dalam
pemasaran, yakni:70 Baca, Vol. 25 No. 3-4, September-Desember 2000 (68-72) Page
4 Artikel :
1. Meraih posisi produk, yaitu
menetapkan produk informasi yang diinginkan pasar. Apa ragam
informasi yang akan
disuguhkan, apa saja
jenisnya, hendak dikemas dalam
bentuk apa dan
bagaimana bentuk pelayanannya.
Meraih posisi produk
ini dapat ditempuh melalui:
- Memahami
lingkungan (kecenderungan dinamika pasar).
-
Memusatkan perhatian;
selain mengenai teknik
operasional, public relation
dan kepercayaan.
-
Mencari sasaran
yang tepat; mengkonsentrasikan produk-produk
tertentu, untuk beberapa kelompok
pemakai tertentu saja, atau mengetahui segmen sasarannya.
-
Bereksperimen, dinamis,
kreatifitas, dalam menciptakan
produk baru kemasan baru
perpustakaan. Misalnya mengenai
layout, waktu dan
jenis layanan serta kemasan informasinya.
2. Meraih posisi
pasar, yaitu menciptakan
kepercayaan/pengetahuan dari pasar (kredibilitas), produk yang dikeluarkan
dapat memenuhi kebutuhan pasar, sehingga akan mendapat pujian dari pasar. Upaya
yang dapat dilakukan adalah:
-
Memanfaatkan dari mulut
ke mulut, menyam-
paikan pesan pesan
yang positif tentang image
perpustakaan.
-
Membina infrastruktur pasar,
melakukan kerjasama, partnership
dan menjadi pelaku komunikasi.
-
Mengembangkan
hubungan-hubungan antar perpustakaan,
membuka sistem jaringan.
-
Melayani pemakai yang
tepat, ketepatan dalam
menjaring pengguna, siapa
saja yang seyogyanya dimotivasi. Perlu menjadikan potensial user ke
actual user.
-
Menjalin hubungan dengan
media massa. Melaui
pemberitaan di media
massa, umunya mampu menyentuh
masyarakat dan akhirnya
menimbulkan kepercayaan pada
masyarakat.
3.
Meraih posisi organisasi, upaya yang dapat dilakukan adalah:
-
Menanamkan image yang
positif mengenai perpustakaan.
Menerapkan konsep
managerial. Kualifikasi pustakawan,
ditinjau dari intelektualnya, kepribadiannya serta kiat seninya.
Kiat Memasarkan Jasa
Informasi
Pada
poin terakhir, berbicara
mengenai kiat-kiat pemasaran
yang berkaitan dengan pemasaran jasa
informasi di perpustakaan.
Kiat-kiat tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
1. Survei pemakai
jasa, bisa dengan
jalan menggunakan angket/quesioner yang disebarkan. Penyebaran angket ini
sebagai upaya mengetahui need (kebutuhan serta wants (keinginan) dari
konsumen/pemakai perpustakaan.
2.
Promosi perpustakaan agar
orang senantiasa berkunjung
di perpustakaan. Kegiatan ini
terbagi dalam dua faktor:
- Faktor internal,
antara lain dari
unsur pustakawan itu
sendiri, yaitu keramahan, cekatan dan
cerdas, mampu membujuk/persuasi atau
mendorong pemakai, mampu mendidik pemakai
dengan melalui fase-fase
(a) tahu, pemakai
mengetahui perpustakaan
secara detail; (b)
tertarik; (c) menimbang-nimbang untung
rugi informasi tersebut bagi
pemakai; (d) mencoba
membantu pemakai agar
tidak mendapat hambatan; (e)
mengadopsi, kemampuan pustakawan
untuk membina pelanggan perpustakaan.
-
Faktor eksternal, antara lain pembuatan buku pedoman penggunaan perpustakaan bagi pemakai baru,
pemasangan spanduk/penyebaran brosur, dll.
3. Mengelola sistem
informasi manajemen (SIM)
terpadu antar unit
perpustakaan. Kegiatan ini untuk
mengan-tisipasi laju informasi.
Mengadakan system jaringan/kerjasama antar
unit perpustakaan. Bentuk
kegiatan ini bisa
berupa inter library loan,
exchange programme, ataupun
union catalog, kegiatan
ini sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
informasi pemakai.
4. Kemajuan dan keberhasilan
informasi sebagai alat manajemen banyak ditentukan olehsukses besar computer
enterpreneuner. Memang diakui kompu- Noorika Retno Widuri (Pemasaran
Jasa Informasi di
Perpustakaan) terisasi telah
mampu memacu sistem peredaran
informasi sehingga pengelolaan
data, penyajian dan
pemanfaatan secara maksimal dapat terselenggara tanpa kendala.
5. Mengoptimalkan peran
pustakawan agar membantu
konsumen dengan jalan mengorganisasikan dan memberikan wadah
bagi para pemakai perpustakaan tingkat pemula dengan pendidikan pemakai.
Mengubah actual user menjadi potential user.
6. Diperlukan kerjasama
dengan organisasi atau
lembaga terkait untuk mempergunakan fasilitas
yang ada di
perpustakaan. Misalnya menyediakan
ruang untuk kegiatan seminar, rapat, dsb.
7. Pergeseran nilai,
perilaku konsumen informasi
{consumer behavior) turut membantu pustakawan sebagai bank data
untuk senantiasa mengubah citra diri dari pelayanan responsif
pasif menjadi inisiatif
aktif sebagai tenaga
profesional yang dibutuhkan masyarakat
dengan bermodalkan kemampuan
untuk mengembangkan diri dalam
mengolah data, menyiapkan,
mengemas, mentransfer dan
memasarkan informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar